1. Article
  2. News
  3. Trend "Ghiblifikasi" menggunakan AI

Trend "Ghiblifikasi" menggunakan AI

Tuesday, 01 April 2025 | Arbath Abdurrahman
Trend "Ghiblifikasi" menggunakan AI

Pada tanggal 25 Maret 2025, OpenAI meluncurkan model terbaru mereka, GPT-4o. Salah satu fitur unggulannya adalah kemampuannya untuk menciptakan gambar dalam berbagai gaya artistik, termasuk gaya yang sangat mirip dengan estetika khas Studio Ghibli.

Tak lama setelah peluncuran, media sosial seperti Twitter/X dan Instagram dipenuhi dengan tren "Ghiblifikasi." Ribuan pengguna mulai mengunggah gambar yang dihasilkan AI ini, yang mengubah berbagai subjek mulai dari meme hingga foto pribadi menjadi ilustrasi bergaya Ghibli. Tren ini langsung menarik perhatian dan mendapatkan antusiasme besar dari masyarakat. Banyak yang kagum dengan betapa miripnya hasil AI ini dengan karya-karya Studio Ghibli, dan terlebih lagi, penggunaannya gratis.

Namun, di balik popularitasnya, tren ini juga memicu gelombang kritik, terutama dari kalangan seniman dan animator profesional. Mereka merasa terancam dengan kemajuan AI yang semakin mampu meniru gaya seni tertentu. Banyak animator yang telah menghabiskan bertahun-tahun untuk mengasah keterampilan mereka khawatir bahwa AI akan menggerus nilai kerja keras mereka. Tak hanya itu, kemiripan gambar-gambar AI dengan gaya Studio Ghibli juga menimbulkan perdebatan etis dan hukum mengenai apakah AI seharusnya diperbolehkan meniru gaya seni tertentu tanpa persetujuan dari kreator aslinya.

Sebelumnya, Hayao Miyazaki, salah satu pendiri Studio Ghibli, pernah menyatakan kritik keras terhadap seni yang dihasilkan AI. Dalam sebuah wawancara, ia menyebut teknologi semacam ini sebagai "penghinaan terhadap kehidupan itu sendiri," menegaskan kekhawatirannya tentang bagaimana AI mengubah dunia seni dan kreativitas.

Dari segi hukum, meniru gaya visual tanpa menyalin karya spesifik sering kali tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta. Namun, dengan perkembangan teknologi AI yang begitu pesat, batasan antara inspirasi dan pelanggaran menjadi semakin kabur. Beberapa pihak menilai bahwa regulasi terkait AI perlu diperjelas agar dapat melindungi hak-hak kreator manusia sekaligus memungkinkan inovasi tetap berjalan.

Pihak OpenAI sendiri mengklaim bahwa model mereka dilatih menggunakan berbagai gaya gambar dan bahwa mereka telah berusaha untuk tidak secara langsung meniru karya seniman tertentu. Mereka juga menekankan bahwa pengembangan AI mereka melibatkan lebih dari 100 pelatih manusia guna memastikan bahwa hasil yang dihasilkan tetap akurat dan berkualitas tinggi tanpa melanggar hak cipta.

Kasus ini menjadi pengingat akan ketegangan yang terus meningkat antara inovasi teknologi dan perlindungan hak-hak kreatif. Di satu sisi, AI memberikan alat baru yang dapat mempercepat dan mempermudah proses kreatif. Namun, di sisi lain, tanpa regulasi dan etika yang jelas, teknologi ini dapat merugikan komunitas seni yang telah lama bergantung pada keterampilan dan usaha manusia.

Masa depan AI dalam dunia seni masih menjadi tanda tanya besar. Apakah AI akan menjadi alat yang membantu seniman berkembang, ataukah justru menjadi ancaman bagi kreativitas manusia? Yang pasti, diskusi dan regulasi mengenai penggunaannya akan terus berkembang seiring dengan kemajuan teknologi itu sendiri.

#news #viral #trend #art #ai
Comments (1)
A

admin

1 week, 3 days ago

Mantab